Ilustrasi anak menonton konten dewasa/Net
Ilustrasi anak menonton konten dewasa/Net
KOMENTAR

KEKERASAN tidak selalu identik dengan fisik. Kekerasan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, termasuk di dunia maya.

Unicef Indonesia mengampanyekan #MusuhBersama pada kekerasan dan eksploitasi seksual anak di ranah daring (dunia maya), karena faktanya saat ini anak dapat dengan mudah berselancar di dunia maya dan menemukan konten apa saja, termasuk kekerasan dan eksploitasi seksual.

Menurut data yang digunakan Unicef Indonesia, sebanyak 22 persen anak-anak menemukan konten seksual secara tidak sengaja secara daring melalui iklan, umpan media sosial, pencarian, dan aplikasi pemesanan. Bahkan, 9 persen anak menyatakan aktif mencari konten-konten seperti itu.

Mengapa kemudian hal ini menjadi musuh bersama? Karena sudah tentu, ada banyak dampak negatif dari kekerasan dan eksploitasi seksual tersebut. Di antaranya, anak menjadi mudah berbohong, depresi, pendidikannya terganggu, dan masih banyak sisi negatif lainnya.

Untuk itulah, peran orang tua kembali dituntut untuk menghentikan hal ini. Saat orang tua secara tidak sengaja memergoki anak sedang melihat konten dewasa, hal pertama yang perlu dilakukan adalah tidak panik. Sebab, cepat atau lambat anak akan mengetahui tentang hal-hal dewasa, baik di rumah maupun di pergaulannya dengan teman-teman.

Anggaplah rasa ingin tahu dan perubahan hormon pubertas itu sebagai salah satu fase tumbuh kembangnya menuju dewasa. Jadi, ada baiknya orang tua mengedukasi anak tentang seks dan reproduksinya, agar tidak terjerumus pada hal negatif.

Hal lain yang perlu dilakukan orang tua adalah:

  • Jangan marah, apalagi mengeluarkan kata-kata kasar. Justru gunakan kesempatan tersebut untuk mengedukasi sekaligus menasihati anak agar tidak mengulangi perbuatannya.
  • Buat anak menjadi tenang dulu, karena saat ‘kepergok’ mereka akan malu. Beri tahu kalau rasa ingin tahunya itu adalah hal wajar, namun hal itu menjadi tidak baik jika dilakukan berulang atau menjadi sebuah kebiasaan.
  • Cari tahu dari mana anak bisa mengakses konten-konten dewasa tersebut. Tanyakan secara baik-baik, jangan mengintimidasi apalagi langsung membatasi aksesnya terhadap internet.
  • Beri tahu bahaya pornografi, pergaulan bebas, penyakit seksual menular, hingga kehamilan yang tidak diinginkan. Tanamkan pada anak, bahwa pornografi bisa merusak perkembangan otak.

Meski tampaknya sulit, cobalah untuk memberikan edukasi seks yang tepat pada anak sedini mungkin, agar anak bisa mendapatkan penjelasan yang tepat dan positif.




Bintang Puspayoga: Angka Perkawinan Anak Menurun dalam Tiga Tahun Terakhir

Sebelumnya

Lebih dari 200 Rumah Rusak, Pemerintah Kabupaten Garut Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Selama 14 Hari

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News